Selamat datang di Blog yang sederhana ini. Mari Share tentang dunia Adventure :)
Semoga Bermanfaat ! :)

>> Sabtu, 28 April 2012


Replika Mahameru,Si Kecil Cabe Rawit
DCZ2__1671.jpg
“Kaki ini takkan lelah menapaki terjal dan curam bebatuanmu, mata ini tak kan terpejam melihat keindahanmu dari puncak ini, dan tubuh ini tak kan pernah mengeluh untuk sampai di puncakmu”
Kalau bicara mengenai replika mahameru pastinya anda semua tahu gunung kecil di daerah Trawas Mojokerto,Jawa Timur. Gunung Penanggungan yang mempunyai ketinggian 1653 Mdpl ini merupakan replika mahameru dengan bentuk puncak yang meruncing dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat mirip sekali dengan puncak Mahameru. Gunung ini disebut juga Gunung Pawitra yang bererti kabut  karena puncaknya yang meruncing selalu dibalut oleh lembut dan dingin kabut.  Medan yang disuguhkan pun sangat menantang dan cukup menguji dengkul kaki. Tapi walaupun demikian, tak ada kapoknya untuk mengunjungi dan merasakan puncak Penanggungan ini.
Bertepatan dengan Hari Bumi tanggal 22 April 2012 kemarin saya beserta organisasi PA sekolah mengadakan pendakian bersama dengan PA dari sekolah lain untuk melakukan kegiatan bersih gunung. Tak jauh-jauh dari daerah kami tempat ini selalu menjadi tujuan utama kami. Semua berangkat menggunakan sepeda motor. Untuk sampai menuju Trawas dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari Mojokerto. Kami semua berangkat pada hari sabtu tanggal 21 April 2012 yang kebetulan saat itu weekend gunung ini selalu ramai jika weekend tiba.
Sehari sebelum berangkat semua packing dan sudah dipersiapkan dengan matang segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami semua packing bersama dirumah salah seorang teman kami. Setelah packing selelsai esok hari sepulang sekolah semua bersiap berangkat meninggalkan Kota kecil yang penuh kabut hitam asap kendaraan. Anggota dari PA sekolahku sendiri sejumlah 10 orang belum ditambah yang menyusul pada malam hari. Termasuk aku yang ikut menyusul berangkat pada malam hari. Semua berangkat dari sekolah menuju basecamp RMP yakni PA dari SMAN 1 Puri Mojokerto yang memang saudara dari PA Bhawana Jaya sekolah kami tercinta. Pukul 15.00 WIB semua berangkat dari Mojokerto menuju Trawas tepatnya di Tamiadjeng. Karena  jalur inilah yang selalu ramai digunakan oleh pengunjung. Sampai di trawas pukul 16.00 WIB dan start pendakian dimulai pukul 17.00 WIB. Semua tim berangkat. Sedangakan aku,
Aku berangkat malam hari karena menunggu teman dari Surabaya yang kebetulan dia salah seorang pegawai di Cartenz Surabaya,dia adalah Dwi atau panggil saja DMJ. DMJ sendiri adalah anak RMP tapi pendakian kali ini ia ingin beangkat seorang diri tapi dengan temannya Efendy yang juga teman kami. dengan terpaksa ia harus berangkat bareng  bersama kami bertiga. Aku,Ina,Ajeng dan DMJ berangkat pukul 17.30 WIB dari Mojokerto  dengan terpaksa kami berangkat terlebih dahulu dengan meninggalkan Efendy untuk mengejar waktu. Karena tenda yang kami siapkan untuk nge-camp dua duanya berada di Carrierku dan carrier Ajeng lengkap dengan Framenya. Jiklau tak cepat-cepat berangkat mereka yang ada di atas pasti kedinginan.
Kami berempat sampai di Trawas pukul 19.00 WIB. Sejenak beristirahat di pos perijinan akhirnya kami putuskan untuk berangkat pukul 20.00 WIB. Akbar yang saat itu mendampingi ke 9 orang anggota dari organisasi PA sekolahku mengirim SMS kepadaku ia bilang kalau ada seorang anggota yang mengalami sesak nafas. Dengan segera aku membelikan obat sesak nafas yang tak jauh dari pos perijinan itu.
Kami berempat berjalan berdampingan melalui jalan yang terjal dan mulai mendaki. Medan yang di suguhkan oleh gunung ini tak biasa. Lelah pun tak jarang menghampiri tapi kami harus cepat-cepat sampai di puncak menyusul yang lainnya. Posisi teman-teman saat itu berada di puncak bayangan. Puncak bayangan sendiri adalah sebuah dataran yang biasa digunakan untuk membangun tenda. Perjalanan dari bawah menuju puncak bayangan biasa memakan waktu sekitar 3 jam. Tapi kalu ngebut seperti kami berempaat saat itu hanya memakan waktu dua jam.
Beban berat carrier yang kubawa membuatku sesekali berhenti untuk minum. Tapi di Gunung ini kami semu harus benar-benar menghemat air karena di gunung ini tak ada sumber air sama sekali. Disepanjang perjalanan tak henti kami bercengkrama untuk menetralisir lelah kami. Sampai ditengah perjalanan meuju puncak bayangan, tak lama kemudian terdengar suara Efendy dan Faris yang menyusul. Personil kami bertambah, semakin ramai semakin semangat.
Akhirnya sampai di puncak pukul 22.00 WIB , kulihat semua sudah makan bersama dengan anggota dari RMP. Disinilah kami berpisah dengan DMJ. Ia memutuskan untuk langsung ke puncak sendirian. Aku datang dan sesegera kami semua membangun tenda sebelum dingin semakin mencekam. Dua tenda dome sudah berdiri beberapa dari kami yang sudah menunggu masuk dan tidur di dalam tenda. Tapi aku tak ingin melewatkan malam ini. saat itu cuaca sangat bersahabat. Tak ada kabut, tak ada Hujan. Bintang dilangit dan bitang di darat tampak jelas terlihat.
Malam itu kebersamaan begitu hangat kami semua membaur menjadi satu dengan semua orang yang juga sedang bermalam di puncak bayangan itu. Walaupun tak semuanya kukenal tapi malam itu aku bertemu dengan saudara saudaraku yang lain. Ditemani oleh suara alam yang bersahabat dan selimut dingin kabut yang mulai datang kami membuat perapian kecil untuk menghangatkan tubuh kami.
Tak ingin melewatkan malam ini, akhirnya kuputuskan untuk tidur diluar di dekat perapian. Sangat damai terasa tidur dengan selimutkan dingin kabut dan dibawah pelukan sang bintang yang begitu banyak bertaburan dilangit terasa begitu dekat. Membiarkan muka ini lembab dibasahi oleh sang kabut malam. Subhanallah, inilah Indah CiptaanMu tiada duanya. Inilah yang membuatku betah dan cinta tehadap alam bebas. Menikmati indah dan alami ciptaanNya, menjauh dari ramai perkotaan yang penuh sesak akan kabut-kabut jalanan hanya untuk mencari dan menikmati kedamaian yang tiada duanya seperti saat itu. Rasanya masih tetap tak ingin tidur, tapi mata yang mengatuk memaksa aku untuk memejamkan mata.
Minggu, 22 April 2012
IMG_1908.JPG
Gambar : Hangat suasana pagi di puncak bayangan.
Pagi hari sekali tapi masih sangat gelap hanya terang bintang yang menyinari. Tubuhku memaksaku untuk bangun karena tak betah melawan dingin kabut saat itu. Pukul 04.00 WIB, sudah banyak kulihat tenda-tenda bergeliat bangun untuk mempesiapkan menuju puncak untuk menikmati Sun Rise. Ingin seperti yang lainnya sesegera aku bangun dan memasak makanan untuk mengisi tenaga sekalgus mengahangatkan tubuh ini. pemandangan di depan puncak bayangan telah kokoh berdiri kami melihat Gunung Arjuno dan Welirang. Subhanallah.
Setelah kenyang makan sesegera kami menyapkan pendakian menuju puncak. Hanya 2 orang yang mau menemaniku ke puncak. Ajeng dan Ina. Kami bertiga berangkat terlebih dahulu dan kemudian Akbar dan Wardhana menyusul. Perjalanan menuju puncak memakan waktu satu jam. Tapi saat itu banyak yang menghambat langkah kakiku. Yakni ulat bulu yang berukuran sebesar ibu jari tangan. Aku memang sangat anti dengan yang namanya ulat. Apalagi ulat bulu. Disepanjang perjalanan tak jarang aku berteriak karena ulat-ulat itu. 5 kali ini ke puncak Penanggungan tapi Puncak yang kelima ini aku sangat manja. Perjalanan ke puncak pun sangat terjal, hanya berupa bebatuan terjal dan mendaki. Cukup menguji dengkul-dengkul kaki ini. Satu jam perjalanan akhirnya puncak yang kami tuju sampai juga. kami semua bersalaman dengan yang lainnya. Dan dipuncak kembali aku bertemu dengan DMJ. Menikmati semuanya dari puncak sangatlah indah. Inilah yang membuatku sadar akan segala kebesaranNya.
  IMG_1767.JPG
Gambar : Hangat kebersaman di puncak bersama pendaki lain.
Diatas puncak sudah banyak pendaki-pendaki dari lain daerah yang membangun tenda diatas puncak. Tak bisa membayangkan dinginnya malam dipuncak ini. Karena malam di puncak sangat dingin dengan pekat pelukan kabut. Tapi susana hangat kebersamaan mereka yang mengubah dingin itu menjadi hangat canda tawa sesama teman pendaki. Seperti saudara lama yang tak penah berjumpa kami berfoto dengan orang-orang yang ada dipuncak. Merasakan udara puncak bersama sahabat-sahabat alam terasa begitu pekat dan hangat suatu kebersamaan.
Setelah puas merasakan susasana dipuncak kami putuskan untuk kembali turun karena hari semakin siang. Tak lupa kami memunguti sampah yang ada di puncak. Ini yang perlu diingat bagi semua pendaki gunung. Jangan meninggalkan sampah di gunung. Perjalanan turun memerlukan dengkul kaki yang kuat untuk menahan berat beban ini. Memang, gunung ini si kecil cabe rawit. Disepanjang perjalanan turun kami harus berhati-hati bila sewaktu-waktu pijakan kaki pada batu yang tak pas bisa membuat batu yang kita pijaki geser dan menggelinding turun dengan cepat. Butuh ketelitian untuk melakukannya.
IMG_1862.JPG
Gambar : Medan yang terjal dan menurun menuju puncak bayangan.
30 menit perjalanan turun akhirnya sampai juga di puncak bayangan. Dan ternyata di puncak bayangan semua sudah menyiapkan sarapan pagi buat kami semua. Setelah semua anggota bekumpul saatnya sarapan pagi. Saapan pagi yang sangat istimewa. Dengan menu nasi goreng yang seadanya dan dimakan bersama. Semuanya duduk melingkar menikmati sarapan pagi itu. tak banyak yang bisa kami makan tapi kebersamaan yang membuat semua kenyang.
Setelah kenyang sarapan pagi, kami semua memunguti sampah yang ada. Inilah bentuk kepedulian kami terhadap alam. Dan juga karena ini adalah hari bumi jadi satu langkah kecil membatu kelestarian bumi kita. Kalau tidak kita y ang melakukannya siapa lagi. Semuanya packing barang untuk persiapan turun. setelah semuanya terpacking dengan rapi kami semua kembali turun tapi sebelum perjalanan turun tak lupa kami berpamitan dan berfoto dengan saudara-saudara kami yang masih betah berada di puncak bayangan ini. Kami memilih segera turun karena semakin siang kabut akan semakin tebal.
Perjalanan turun dari puncak bayangan menuju pos perijinan melalui jalur yang sama. Medan yang disuguhkan pun semakin terasa menguji dengkul-dengkul kaki. Perjalanan turun sangat terasa lelah karena disiang hari kami bisa melihat betapa parahnya jalur yang kami lewati semalam. Tak jarang salah seorang dari kami harus terpeleset dan terjatuh di medan yang terjal dan licin. Sungguh menguji kesabaran dan kesiapan dengkul kaki untuk menahan dan menopang berat tubuh ditambah berat carrier yang dibawa.
Setelah satu jam menuruni medan yang terjal akhirnya sampai juga di pos perijinan. Sembari  Menunggu teman-teman yang lain kami melepas lelah didepan pos ini sambil bercengkrama dengan pendaki lain. Saat itulah aku baru sadar kalau sandal gunung yang kupakai putus. Mungkin sudah tak kuat lagi menopang dan menahan kaki yang menurun terjal melewati jalanan bebatuan. Sandal kesayanganku telah berakhir disini. Si kecil cabe rawit memakan korban.
Setelah semuanya lengkap sampai sesegera kami berjalan kembali menuju Mak Ti untuk bersih diri dan persiapan pulang. Karena sepedah motor kami titipkan di Mak Ti, jadi sekalian makan rawon Mak Ti yang khas itu. Di Mak Ti pun kami kembali bertemu dengan pendaki pendaki lain yang turun lebih dahulu dari kami. Setelah enyang makan dan tubuh sudah bersih, saatnya kembali turun untuk pulang. Saat itu pukul 12.00 WIB gerimis mulai datang sebelum hujan deras kami putuskan untuk segera pulang.
Perjalanan dari Trawas menuju Mojokerto memakan waktu sekitar satu jam. Setelah merasakan dinginnya hawa pegunungan akhirnya kembali ke Kota tercinta dan sudah terasa hangat hawa perkotaan yang semakin panas akan debu dan asap jalanan. Kami sampai di kota tercinta pukul 14.00 WIB. Dan semua kembali pulang kerumah masing-masing. Sungguh perjalanan yang sangat bermakana mendalam bagiku.
IMG_1942.JPG
Gambar : Foto bersama keluarga besar Bhawana Jaya dan Resmanika Majapala


Read more...

LAWU 3265 Mdpl “Dalam Pelukan Sebuah Kabut”

>> Kamis, 01 Maret 2012





Ketika Alm menjadi sahabat, kita akan merasakan keindahan dan kedamaiannya. Tetapi ketika Alam tak lagi bersahabat , kita tak bisa mengelaknya.
Seperti halnya Gunung Lawu. Gunung sakral yang terletak di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, tepatnya Magetan-Karang Anyar. Pada Bulan-bulan Desember seperti sekarang, tentunya cuaca tidak mendukung untuk melakukan pendakian. Tetapi rencan sudah matang, tekad tetap bulat semua dilakukan. Walaupun sehari sebelumnya ada kabar pendakian ditutup dikarenakan ada seorang mahasiswa yang meninggal. Itupun tak jadi penghambat untuk melakukan pendakian.
Sabtu, 24 Desember 2011
Seperti biasa, masih dengan Tim PA sekolah , yakni PA Bhawana Jaya. Kami mengadakan Ekspedisi pendakian ke gunung Lawu, untuk agenda liburan semester 1. Perjalanan dari Mojokerto menuju Magetan memakan waktu kurang lebih 5 jam. Saat itu anggota yang berangkat cukup banyak yakni 24 orang dengan tambahan orang luar yakni teman-teman dari pembina.
Kami mengambil start pendakian melalui Cemoro Sewu. Saat kami sampai di Pos Cemoro Sewu, ujan pun menyambut dengan derasnya. Akhirnya diputuskan untuk menunggu hujan reda, diisi dengan istirahat,sholat dan makan. Akhirnya hujan reda pukul 17.00. Setelah melakukan regristrasi semua tim berangkat memulai pendakian. Pendakian dimulai pukul 17.00 dibawah rintik ujan yang tak begitu deras melalui medan yang berbatu dengan pemandangan banyak pohon cemara. Tak salah jika pos pendakian ini dimamakan Cemoro Sewu. Beberapa saat kemudian sampai di “Sendang Panguripan” suatu tempat sumber mata air. Semua botol diisi untuk persediaan air. Tak lama kemudian sampai di Pos I. Masi sempat meikmati sun set di Pos I.

Read more...

Ranu Kumbolo

>> Rabu, 30 November 2011

Ranu Kumbolo

Kutuliskan keindahanmu melalui sebuah tulisan
Tulisan yang membuatku ingat akan semua kenangan
Yang takkan kulupakan walau itu sebatas ujung jari tangan
Keeksotikaamu yang takkan terkalahkan

Limpahan air disekeliling bukit nan megah
Di balik rerimbun edelweiss yang begitu indah
Dengan air yang begitu melimpah
Disinilah aku melepas lelah

Ranu Kumbolo,
Aku ingat semua
Saat aku bersandar di dekat jernih airmu
Saat aku melepas semua emosiku di dekat luas limpahan airmu
Saat aku tidur berselimut dingin kabutmu
Saat aku menunggu matahari di balik megah bukitmu

Sebuah karya Indah Tuhan Yang Maha Sempurna
Yang mampu menciptakanmu dengan sempurna
Membuat semua orang terkesima
Dengan keindahanmu yang begitu mempesona

Aku berjanji,
Suatu saat nanti aku akan kembali
Untuk merasakan semua ini
Untuk merasakan keindahanmu di masa yang akan datang
Akankah kau akan tetap sama ?

Read more...

Coretan Anak Alam



Senandung indah diatas awan
Menapak kaki di puncak impian
Tak pernah takut akan semua rintangan
Banginya itu adalah seorang teman

Rimbun rimba menjadi sahabat
Teman menjadi suatu semangat
Duduk dibawah sinar mentari yang hangat
Itulah yang akan selalu ia ingat

Ketika orang berbicara tentang guna
Ia becerita tentang keindahan
Ketika orang berbicara tetang manfaat
Ia bercerita tentang kedamaian

Menunggu sinar mentari diatas ketinggian
Seolah ingin bercerita tentang keindahan
Ia bertanya kepada kawan
Akankah indah alam ini akan tetap bertahan ?

Read more...

Janji kepada Sang Fajar di bawah Sinar Rembulan




Suatu cerita indah tentang persahabatan antara kami dan alam. Aku adalah Ranu beserta ketiga sahabatku Fitri yang biasa kupanggil Pity, Ina dan Ardi. kami adalah seorang anggota sebuah organisasi Ekskul Pecinta Alam. Walaupun sekolah kami berbeda tetapi berkat Ekskul ini kami tetap bisa menjalin persahabatan kami. Dengan cara yang berbeda kami menghabiskan liburan Sekolah kami, yaitu dengan mendaki gunung.
Tepat pada suatu malam dimana dimalam itu ada fenomena supermoon. Saat itu jarak bulan dan bumi begitu dekat, jadi bulan terlihat sangat jelas dan besar. Apalagi dilihat dari puncak gunung. Malam itu bertepatan hari sabtu malam minggu, tepat sekali kami memilih hari itu. Gunung yang kami pilih adalah gunung yang tidak terlalu tinggi dekat kota kami, Gunung Penanggungan. Hanya butuh waktu dua hari satu malam kami bisa puas merasakan keindahan Alam yang sempurna yang diciptakan oleh Yang Maha Sempurna.
“Hhh,, Berapa jauh lagi Ar?”. Tanya Pity dengan nafas terenggah-enggah.
“Sabar Pit, tinggal dua tikungan lagi kok”. Jawab Ardi dengan nada tersenyum nyengir.
“Yeee, dari tadi ditanya jawabnya sama mulu sih”. Sahut Pity.
“Bener kan tinggal dua tikungan, Kiri dan Kanan ! hahaha”. Sahutku dengan tertawa nyengir.
“Ihhh, dasar Ardi, awas lu, ntar kalo nyampe puncak bayangan lu ga boleh tidur di tenda. Diluar aja yah.” Jawab Ina.
Aku dan Ardi sebelumnya sudah pernah mendaki di Gunung ini karena kami satu sekolahan dan masih dalam satu organisasi yang sama. Sedangkan Ina dan Pity lain sekolah dari kami, tetapi kami sering berkumpul bersama saat latihan bersama.
Kami mendaki hanya berempat. Ardi adalah satu-satunya lelaki diantara kami, Ia lah yang membawa tas carrier yang paling berat. Dan kami mempercayainya sebagai ketua tim dalam pendakian ini. Kami mendaki Gunung penanggungan pada malam hari, berjalan dibawah sinar rembulan sangatlah tenang dan kami suka itu. Mendaki dari pos perijinan ke puncak bayangan hanya diperlukan waktu 4 jam. Itu sudah standart, kalau ngebut hanya 2 jam saja sudah sampai. Maklum, Gunung ini tergolong gunung yang tak begitu tinggi hanya dengan ketinggian puncak 1683 mdpl, tetapi dengan medan yang cukup berat.
Bersahabat dengan alam bagiku adalah suatu hal yang sangat berharga. Dari sini aku bisa mengerti dan mengetahui bahwa aku ini adalah sebagian kecil makhluk yang diciptakan oleh-Nya. Dengan begini aku bisa meningkatkan rasa syukurku kepada Yang Maha Sempurna. Begitu juga dengan sahabat-sahabatku, mereka merasakan hal yang sama denganku.
Disela perjalanan yang terus menanjak dan serasa tak berujung itu, kami terus berjalan hanya ditemani dengan cahaya dari lampu senter yang kami bawa. Dengan medan yang begitu menanjak, beberapa kali kami melepas lelah dengan beristirahat sejenak dengan menikmati suasana alam yang ada.
“Berhenti dulu yuk, kakiku mau kram nih.” Teriak Ina.
“Okee, sebentar saja yah. Jangan lama-lama, selonjorkan kaki kamu biar gak kram.” Jawab Ardi.
“Berhenti sebentar, Bernafas dulu Ar”. Sahutku
“eh, berarti dari tadi kamu gak nafas tho, hiiiii, serem”. Jawab Ardi.
Dalam situasi yang cukup lelah, masih saja Ia bisa bercanda. Dengan candaan-candaan inilah semua lelah cepat terhapus, ditambah dengan pemandangan yang tak asing lagi diatas kepala kami. Bulan yang cukup terang ditemani berjuta bintng dilangit. Subhanallah.
“eh, sebentar. Ini bintangnya yang berjalan apa kepalaku yang pusing ini?”. Celetuk Pity.
“Hahahaha. Bintangnya mau jatuh ke kepala kamu kali pit?” . kami bertiga tertawa mendengar keluh Pity yang begitu Konyol.
“Ayo, sudahkah? , Lanjut lagi yukk, di atas sana bulan sudah menunggu”. Ajakku.

***
Setelah 3 jam kami berjalan, akhirnya terdengar banyak suara orang lain yang begitu ramai di dekat kami. Yah, mereka para pendaki lain dari berbagai daerah.
“Ayo Gilrs, di depan itu sudah puncak bayangan. Kita bangun tenda disitu, pagi-pagi besok kita muncak”. Teriak Ardi dengan semangatnya.
“Yang bener kamu Ar, jangan bohong lagi loh!”. Sahut Ina dengan nafas yang terenggah-enggah.
“Iya nih, kaga bohong kalau kali ini”. Jawab Ardi
Dengan semangatnya kami segera menyusul Ardi yang sudah dekat dengan Puncak Bayangan.
“Ayo Pit, semangat. Kramnya ditahan dulu sampai puncak bayangan”. Teriakku kepada Pity yang dari tadi mengeluh kakinya mau kram.
“Iya Ran, sebentar”. Teriak samar suara Pity.
***
Akhirnya pukul 10 malam sampailah kami di puncak bayangan. Sebuah pemandangan yang sangat luar biasa berada di ketinggian. Pemandangan dibawah, lampu rumah warga bekelip-kelip, begitu juga seperti diatas. Subhanallah.
“Alhamdulillah, kita sampai “. Ucapku.
“Ayo Ladies segera bangun tenda dan masak, siapkan makanan yang enak buat tuan Raja”. Sahut Ardi dengan nada tersenyum nyengir.
“Eh, enak saja kalo ngomong. Sang Raja bangun tenda dulu, baru nanti dimasakin menu yang amat sangat spesial”. Tambah Ina.
Dengan keadaan yang cukup lelah, masih saja sempat kami bercanda ria. Yah kesenangan kami sampai dipuncak bayangan. Tempat kami beristiahat yang selanjutnya besok bagi dilanjut menuju Puncak Penanggungan menunggu Sunrise. Kami segera melakukan sholat isya’ dan segera membangun membangun tenda kemudian makan dan beristirahat. Dengan logistik seadanya Aku dan Pity memasak Mie instant dan kopi hangat yang selalu menjadi menu andalan. Selain cepat saji, setidaknya makanan ini dapat mengganjal perut dan menghangatkan badan. Sementara Ardi dan Ina membangun tenda.
“Ayo semua barang masukin tenda dulu, matras keluarkan dari tas kalian”. Suruh Ardi yang sudah berhasil mendirikan tenda kami.
“Oke tuan Raja.” Jawabku dengan nada bercanda.
Semua sudah tertata dengan rapi, saatnya makan. Dengan perjalanan yang begitu menanjak ternyata cukup menguras banyak tenaga kami. Kami berempat segera makan masakan yang seadanya.
Setelah kenyang makan malam, kami berempat tak segera tidur. Bukannya tak bisa tidur, tetapi sangat lah sayang sekali kalau tidur dalam tenda. Bintang dan bulan berada di atas kami. Fenomena supermoon akan terjadi 30 menit lagi. Tetapi cahaya Bulan diatas kami cukup sangat terang. Kami berempat dengan sabar menunggu.
“Besok pagi kita muncak jam berapa?” Tanyaku kepada Ardi.
“setelah sholat subuh aja, nanti kita bisa menunggu Sunrise disana”. Jawab Ardi
“Aku ingin bertemu dengan Sang Fajar di puncak kelak”. Tambah Pity.
“Aku Juga. HARUSS !!” Tambah Ina yang dari tadi Hipotermia dengan suhu dingin yang cukup membuat gigi-giginya gemertak.
“Okeh kawan, kita berempat harus bisa sampai Puncak dan bertemu Sunrise. Semoga saja tidak ada kabut”. Jawab Ardi.
Dibawah sinar rembulan ini dengan serentak kami semua semangat dan berjanji bersama menuju puncak gunung ini dan bertemu dengan Sang Fajar. fenomena suoermoon sudah mulai terlihat. Cahaya bulan semakin terang dan bentuk bulan juga semakin besar.
“Subhanallah.. “ serentak kami berempat.
***
Dibawah sinar rembulan, dengan berselimutkan kabut, kami tertidur pulas dengan sleeping bag yang kami pakai. Tetapi suhu dingin masih menembus. Ina tidur di dalam tenda, Ia Hipotermia, tidak kuat dengan suhu diluar.
***


“Tiiiiiiitt.tiiiitt.tiiiittt” suara alarm dari HP Ardi terdengar cukup keras, sehingga membangunkan kami semua. Waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi. Sesegera kami bangun dan melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat subuh, kami memasak untuk bekal menuju puncak.
“Perjalanan ke puncak kira-kira berapa Jam Ar?” tanya Pity ke Ardi.
“Halah, deket kok hanya 1 jam saja, kalau ngebut sih”. Sahut Ardi.
Dibelakang kami sudah terlihat jelas puncak Gunung Penanggungan menambah semangat kami untuk segera bertemu Sang Fajar.
Selesai memasak kami segera menyiapkan segala hal yang kami butuhkan untuk ke puncak. Tenda kami tinggal di puncak bayangan ini, kami ke puncak hanya berbekal makanan dan minuman seadanya.
“Jangan lupa Kamera Pit.” Teriak Ina.
“Ok In, tenang saja.” Jawab Pity.
“Siap Guys ?”. sahut Ardi
“SIAP!!” serentak kami bertiga.
“Sebelum kita menuju puncak, kita berdo’a terlebih dahulu untuk keselamatan kita. Berdo’a Mulai”. Ardi memimpin Do’a.
Pejalanan menuju puncak tak segamapang yang dipikirkan. Dengan kemiringan 45o kami mendaki menuju puncak. Disela perjalanan kami disuguhi pemandangan yang luar biasa. Masih pukul 04.20, bintang masih terlihat sangat terang.
“Jam 05.00 harus sampai puncak yah teman”. Teriak Ardi.
“Iyaa, Haruss!” Teriakku.
Disela perjalanan kami meuju puncak kabut dingin dan tebal mulai datang. Kami berempat behenti sejenak di dekat bebatuan besar dan menunggu kabut reda Tetapi tak kunjung reda. Suhu semakin dingin, Ina kembali hipotermia, giginya gemertak menahan dingin yang dirasakan tubuhnya. Dengan penuh jiwa pahlawan Ardi melepaskan jaketnya dan segera memakaikan ke Ina. Tetapi Ina masih merasa kedinginan. Segera aku memberikan jaketku dan memberinya coklat hangat yang aku bawa dalam termosku. Menahan dingin tubuhku sendiri demi sahabatku. Tak apalah. Demi sahabat.
“In, kalo ngga kuat kita balik ke tenda aja yuk.” Ajakku.
“Tidak Ran, sayang kalau kita kembali, kita udah separuh perjalanan”. Sahut Ina.
“tapi keadaanmu In, aku tak tega, suhu semakin dingin.”
“Nggak apa-apa, Kita sudah janji kepada sang fajar, kita akan menemuinya di punck bersama”. Dengan semangat Ina sangat ingin menuju puncak.
Sementara itu, Ardi dan Pity masih diam termengu dengan berdo’a memohon keselamatan.
Beberapa menit kami beristirahat, kabut sudah agak mereda. Sudah terlihat agak terang. Kami melanjutkan perjalanan ke Puncak. Aku dengan sabar menuntun Ina yang berbalut jaket tebal.
“Ayo, semangat Guyss, diatas sana kita sudah ditunggu sang Fajar”. Teriak Ardi. Ia selalu menyemangati kami dalam pendakian ini.
“Ayoo,, sebentar lagi kita sampai”. Bisikku kepada Ina.
Pukul 05.28 pagi Akhirnya kami sampai di puncak Gunung penanggungan. Tak terlambat kami menunggu sang Fajar , ia sudah mulai menampakkan cahaya orange kemerahan dari timur.
“Alhamdulillah kita sampai teman”. Teriak Pity.
“Subhanallah, “ Ina menangis bahagia karena ia bisa sampai di puncak dan bisa menepati janji bersama yang telah kami ucapkan dibawah sinar bulan semalam.
Kami berempat berpelukan dengan erat. Saat sunrise telah tiba, kami duduk berjajar di puncak gunung ini menghadap arah datngnya sunrise dan saling berpegang pundak. Tak henti-henti kami mengucapkan kalimat yang sama “Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah meciptakan ini semua”.
Kami senang Cahaya matahai mulai muncul dan menghangatkan tubuh kami. Kami makan bekal yang kami bawa dari puncak bayangan tadi. Tak lupa mengabadikan moment yang sangat berharga ini, kami berempat berfoto-foto ria dengan pemndangan yang luar biasa ini.
Setelah cukup puas menikmati Semuanya. Kami semua kembali ke puncak bayangan dan segera packing untuk pulang.
“Terimakasih Teman, aku bisa sampai puncak karena kalian”. Ucap Ina.
“Sama-sama. Inilah yang namanya Sahabat”. Jawab Ardi.
***
Dibawah sinar rembulan kami berjanji kepada sang fajar. Kami bisa sampai puncak karena bersama. Karena kami bersahabat dengan alam.

Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

About This Blog

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP