>> Sabtu, 28 April 2012
Replika Mahameru,Si
Kecil Cabe Rawit
“Kaki
ini takkan lelah menapaki terjal dan curam bebatuanmu, mata ini tak kan
terpejam melihat keindahanmu dari puncak ini, dan tubuh ini tak kan pernah
mengeluh untuk sampai di puncakmu”
Kalau bicara mengenai replika mahameru pastinya anda semua
tahu gunung kecil di daerah Trawas Mojokerto,Jawa Timur. Gunung Penanggungan
yang mempunyai ketinggian 1653 Mdpl ini merupakan replika mahameru dengan
bentuk puncak yang meruncing dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat mirip
sekali dengan puncak Mahameru. Gunung ini disebut juga Gunung Pawitra yang
bererti kabut karena puncaknya yang
meruncing selalu dibalut oleh lembut dan dingin kabut. Medan yang disuguhkan pun sangat menantang
dan cukup menguji dengkul kaki. Tapi walaupun demikian, tak ada kapoknya untuk
mengunjungi dan merasakan puncak Penanggungan ini.
Bertepatan dengan Hari Bumi tanggal 22 April 2012 kemarin
saya beserta organisasi PA sekolah mengadakan pendakian bersama dengan PA dari
sekolah lain untuk melakukan kegiatan bersih gunung. Tak jauh-jauh dari daerah
kami tempat ini selalu menjadi tujuan utama kami. Semua berangkat menggunakan
sepeda motor. Untuk sampai menuju Trawas dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari
Mojokerto. Kami semua berangkat pada hari sabtu tanggal 21 April 2012 yang
kebetulan saat itu weekend gunung ini
selalu ramai jika weekend tiba.
Sehari sebelum berangkat semua packing dan sudah
dipersiapkan dengan matang segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami semua packing
bersama dirumah salah seorang teman kami. Setelah packing selelsai esok hari
sepulang sekolah semua bersiap berangkat meninggalkan Kota kecil yang penuh
kabut hitam asap kendaraan. Anggota dari PA sekolahku sendiri sejumlah 10 orang
belum ditambah yang menyusul pada malam hari. Termasuk aku yang ikut menyusul
berangkat pada malam hari. Semua berangkat dari sekolah menuju basecamp RMP
yakni PA dari SMAN 1 Puri Mojokerto yang memang saudara dari PA Bhawana Jaya
sekolah kami tercinta. Pukul 15.00 WIB semua berangkat dari Mojokerto menuju
Trawas tepatnya di Tamiadjeng. Karena jalur inilah yang selalu ramai digunakan oleh
pengunjung. Sampai di trawas pukul 16.00 WIB dan start pendakian dimulai pukul
17.00 WIB. Semua tim berangkat. Sedangakan aku,
Aku berangkat malam hari karena menunggu teman dari
Surabaya yang kebetulan dia salah seorang pegawai di Cartenz Surabaya,dia
adalah Dwi atau panggil saja DMJ. DMJ sendiri adalah anak RMP tapi pendakian
kali ini ia ingin beangkat seorang diri tapi dengan temannya Efendy yang juga
teman kami. dengan terpaksa ia harus berangkat bareng bersama kami bertiga. Aku,Ina,Ajeng dan DMJ
berangkat pukul 17.30 WIB dari Mojokerto
dengan terpaksa kami berangkat terlebih dahulu dengan meninggalkan
Efendy untuk mengejar waktu. Karena tenda yang kami siapkan untuk nge-camp dua duanya berada di Carrierku dan
carrier Ajeng lengkap dengan Framenya.
Jiklau tak cepat-cepat berangkat mereka yang ada di atas pasti kedinginan.
Kami berempat sampai di Trawas pukul 19.00 WIB. Sejenak
beristirahat di pos perijinan akhirnya kami putuskan untuk berangkat pukul
20.00 WIB. Akbar yang saat itu mendampingi ke 9 orang anggota dari organisasi
PA sekolahku mengirim SMS kepadaku ia bilang kalau ada seorang anggota yang
mengalami sesak nafas. Dengan segera aku membelikan obat sesak nafas yang tak
jauh dari pos perijinan itu.
Kami berempat berjalan berdampingan melalui jalan yang
terjal dan mulai mendaki. Medan yang di suguhkan oleh gunung ini tak biasa.
Lelah pun tak jarang menghampiri tapi kami harus cepat-cepat sampai di puncak
menyusul yang lainnya. Posisi teman-teman saat itu berada di puncak bayangan.
Puncak bayangan sendiri adalah sebuah dataran yang biasa digunakan untuk
membangun tenda. Perjalanan dari bawah menuju puncak bayangan biasa memakan
waktu sekitar 3 jam. Tapi kalu ngebut seperti kami berempaat saat itu hanya
memakan waktu dua jam.
Beban berat carrier yang kubawa membuatku sesekali berhenti
untuk minum. Tapi di Gunung ini kami semu harus benar-benar menghemat air
karena di gunung ini tak ada sumber air sama sekali. Disepanjang perjalanan tak
henti kami bercengkrama untuk menetralisir lelah kami. Sampai ditengah
perjalanan meuju puncak bayangan, tak lama kemudian terdengar suara Efendy dan
Faris yang menyusul. Personil kami bertambah, semakin ramai semakin semangat.
Akhirnya sampai di puncak pukul 22.00 WIB , kulihat semua
sudah makan bersama dengan anggota dari RMP. Disinilah kami berpisah dengan
DMJ. Ia memutuskan untuk langsung ke puncak sendirian. Aku datang dan sesegera
kami semua membangun tenda sebelum dingin semakin mencekam. Dua tenda dome
sudah berdiri beberapa dari kami yang sudah menunggu masuk dan tidur di dalam
tenda. Tapi aku tak ingin melewatkan malam ini. saat itu cuaca sangat
bersahabat. Tak ada kabut, tak ada Hujan. Bintang dilangit dan bitang di darat
tampak jelas terlihat.
Malam itu kebersamaan begitu hangat kami semua membaur
menjadi satu dengan semua orang yang juga sedang bermalam di puncak bayangan
itu. Walaupun tak semuanya kukenal tapi malam itu aku bertemu dengan saudara
saudaraku yang lain. Ditemani oleh suara alam yang bersahabat dan selimut
dingin kabut yang mulai datang kami membuat perapian kecil untuk menghangatkan
tubuh kami.
Tak ingin melewatkan malam ini, akhirnya kuputuskan untuk
tidur diluar di dekat perapian. Sangat damai terasa tidur dengan selimutkan
dingin kabut dan dibawah pelukan sang bintang yang begitu banyak bertaburan
dilangit terasa begitu dekat. Membiarkan muka ini lembab dibasahi oleh sang
kabut malam. Subhanallah, inilah Indah CiptaanMu tiada duanya. Inilah yang
membuatku betah dan cinta tehadap alam bebas. Menikmati indah dan alami
ciptaanNya, menjauh dari ramai perkotaan yang penuh sesak akan kabut-kabut
jalanan hanya untuk mencari dan menikmati kedamaian yang tiada duanya seperti
saat itu. Rasanya masih tetap tak ingin tidur, tapi mata yang mengatuk memaksa
aku untuk memejamkan mata.
Minggu,
22 April 2012
Gambar
: Hangat suasana pagi di puncak bayangan.
Pagi hari sekali tapi masih sangat gelap hanya terang
bintang yang menyinari. Tubuhku memaksaku untuk bangun karena tak betah melawan
dingin kabut saat itu. Pukul 04.00 WIB, sudah banyak kulihat tenda-tenda
bergeliat bangun untuk mempesiapkan menuju puncak untuk menikmati Sun Rise.
Ingin seperti yang lainnya sesegera aku bangun dan memasak makanan untuk
mengisi tenaga sekalgus mengahangatkan tubuh ini. pemandangan di depan puncak
bayangan telah kokoh berdiri kami melihat Gunung Arjuno dan Welirang.
Subhanallah.
Setelah kenyang makan sesegera kami menyapkan pendakian
menuju puncak. Hanya 2 orang yang mau menemaniku ke puncak. Ajeng dan Ina. Kami
bertiga berangkat terlebih dahulu dan kemudian Akbar dan Wardhana menyusul.
Perjalanan menuju puncak memakan waktu satu jam. Tapi saat itu banyak yang
menghambat langkah kakiku. Yakni ulat bulu yang berukuran sebesar ibu jari
tangan. Aku memang sangat anti dengan yang namanya ulat. Apalagi ulat bulu.
Disepanjang perjalanan tak jarang aku berteriak karena ulat-ulat itu. 5 kali
ini ke puncak Penanggungan tapi Puncak yang kelima ini aku sangat manja.
Perjalanan ke puncak pun sangat terjal, hanya berupa bebatuan terjal dan
mendaki. Cukup menguji dengkul-dengkul kaki ini. Satu jam perjalanan akhirnya
puncak yang kami tuju sampai juga. kami semua bersalaman dengan yang lainnya.
Dan dipuncak kembali aku bertemu dengan DMJ. Menikmati semuanya dari puncak
sangatlah indah. Inilah yang membuatku sadar akan segala kebesaranNya.
Gambar : Hangat kebersaman di puncak bersama pendaki lain.
Diatas puncak sudah banyak pendaki-pendaki dari lain daerah
yang membangun tenda diatas puncak. Tak bisa membayangkan dinginnya malam
dipuncak ini. Karena malam di puncak sangat dingin dengan pekat pelukan kabut.
Tapi susana hangat kebersamaan mereka yang mengubah dingin itu menjadi hangat
canda tawa sesama teman pendaki. Seperti saudara lama yang tak penah berjumpa
kami berfoto dengan orang-orang yang ada dipuncak. Merasakan udara puncak
bersama sahabat-sahabat alam terasa begitu pekat dan hangat suatu kebersamaan.
Setelah puas merasakan susasana dipuncak kami putuskan
untuk kembali turun karena hari semakin siang. Tak lupa kami memunguti sampah
yang ada di puncak. Ini yang perlu diingat bagi semua pendaki gunung. Jangan
meninggalkan sampah di gunung. Perjalanan turun memerlukan dengkul kaki yang
kuat untuk menahan berat beban ini. Memang, gunung ini si kecil cabe rawit.
Disepanjang perjalanan turun kami harus berhati-hati bila sewaktu-waktu pijakan
kaki pada batu yang tak pas bisa membuat batu yang kita pijaki geser dan
menggelinding turun dengan cepat. Butuh ketelitian untuk melakukannya.
Gambar : Medan yang terjal dan menurun menuju puncak
bayangan.
30 menit perjalanan turun akhirnya sampai juga di puncak
bayangan. Dan ternyata di puncak bayangan semua sudah menyiapkan sarapan pagi
buat kami semua. Setelah semua anggota bekumpul saatnya sarapan pagi. Saapan
pagi yang sangat istimewa. Dengan menu nasi goreng yang seadanya dan dimakan
bersama. Semuanya duduk melingkar menikmati sarapan pagi itu. tak banyak yang
bisa kami makan tapi kebersamaan yang membuat semua kenyang.
Setelah kenyang sarapan pagi, kami semua memunguti sampah
yang ada. Inilah bentuk kepedulian kami terhadap alam. Dan juga karena ini
adalah hari bumi jadi satu langkah kecil membatu kelestarian bumi kita. Kalau
tidak kita y ang melakukannya siapa lagi. Semuanya packing barang untuk
persiapan turun. setelah semuanya terpacking dengan rapi kami semua kembali
turun tapi sebelum perjalanan turun tak lupa kami berpamitan dan berfoto dengan
saudara-saudara kami yang masih betah berada di puncak bayangan ini. Kami
memilih segera turun karena semakin siang kabut akan semakin tebal.
Perjalanan turun dari puncak bayangan menuju pos perijinan
melalui jalur yang sama. Medan yang disuguhkan pun semakin terasa menguji
dengkul-dengkul kaki. Perjalanan turun sangat terasa lelah karena disiang hari
kami bisa melihat betapa parahnya jalur yang kami lewati semalam. Tak jarang
salah seorang dari kami harus terpeleset dan terjatuh di medan yang terjal dan
licin. Sungguh menguji kesabaran dan kesiapan dengkul kaki untuk menahan dan
menopang berat tubuh ditambah berat carrier yang dibawa.
Setelah satu jam menuruni medan yang terjal akhirnya sampai
juga di pos perijinan. Sembari Menunggu
teman-teman yang lain kami melepas lelah didepan pos ini sambil bercengkrama
dengan pendaki lain. Saat itulah aku baru sadar kalau sandal gunung yang
kupakai putus. Mungkin sudah tak kuat lagi menopang dan menahan kaki yang
menurun terjal melewati jalanan bebatuan. Sandal kesayanganku telah berakhir
disini. Si kecil cabe rawit memakan korban.
Setelah semuanya lengkap sampai sesegera kami berjalan kembali
menuju Mak Ti untuk bersih diri dan persiapan pulang. Karena sepedah motor kami
titipkan di Mak Ti, jadi sekalian makan rawon Mak Ti yang khas itu. Di Mak Ti
pun kami kembali bertemu dengan pendaki pendaki lain yang turun lebih dahulu
dari kami. Setelah enyang makan dan tubuh sudah bersih, saatnya kembali turun
untuk pulang. Saat itu pukul 12.00 WIB gerimis mulai datang sebelum hujan deras
kami putuskan untuk segera pulang.
Perjalanan dari Trawas menuju Mojokerto memakan waktu
sekitar satu jam. Setelah merasakan dinginnya hawa pegunungan akhirnya kembali
ke Kota tercinta dan sudah terasa hangat hawa perkotaan yang semakin panas akan
debu dan asap jalanan. Kami sampai di kota tercinta pukul 14.00 WIB. Dan semua
kembali pulang kerumah masing-masing. Sungguh perjalanan yang sangat bermakana
mendalam bagiku.
Gambar : Foto bersama keluarga
besar Bhawana Jaya dan Resmanika Majapala
Read more...