Selamat datang di Blog yang sederhana ini. Mari Share tentang dunia Adventure :)
Semoga Bermanfaat ! :)

>> Sabtu, 28 April 2012


Replika Mahameru,Si Kecil Cabe Rawit
DCZ2__1671.jpg
“Kaki ini takkan lelah menapaki terjal dan curam bebatuanmu, mata ini tak kan terpejam melihat keindahanmu dari puncak ini, dan tubuh ini tak kan pernah mengeluh untuk sampai di puncakmu”
Kalau bicara mengenai replika mahameru pastinya anda semua tahu gunung kecil di daerah Trawas Mojokerto,Jawa Timur. Gunung Penanggungan yang mempunyai ketinggian 1653 Mdpl ini merupakan replika mahameru dengan bentuk puncak yang meruncing dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat mirip sekali dengan puncak Mahameru. Gunung ini disebut juga Gunung Pawitra yang bererti kabut  karena puncaknya yang meruncing selalu dibalut oleh lembut dan dingin kabut.  Medan yang disuguhkan pun sangat menantang dan cukup menguji dengkul kaki. Tapi walaupun demikian, tak ada kapoknya untuk mengunjungi dan merasakan puncak Penanggungan ini.
Bertepatan dengan Hari Bumi tanggal 22 April 2012 kemarin saya beserta organisasi PA sekolah mengadakan pendakian bersama dengan PA dari sekolah lain untuk melakukan kegiatan bersih gunung. Tak jauh-jauh dari daerah kami tempat ini selalu menjadi tujuan utama kami. Semua berangkat menggunakan sepeda motor. Untuk sampai menuju Trawas dibutuhkan waktu sekitar satu jam dari Mojokerto. Kami semua berangkat pada hari sabtu tanggal 21 April 2012 yang kebetulan saat itu weekend gunung ini selalu ramai jika weekend tiba.
Sehari sebelum berangkat semua packing dan sudah dipersiapkan dengan matang segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami semua packing bersama dirumah salah seorang teman kami. Setelah packing selelsai esok hari sepulang sekolah semua bersiap berangkat meninggalkan Kota kecil yang penuh kabut hitam asap kendaraan. Anggota dari PA sekolahku sendiri sejumlah 10 orang belum ditambah yang menyusul pada malam hari. Termasuk aku yang ikut menyusul berangkat pada malam hari. Semua berangkat dari sekolah menuju basecamp RMP yakni PA dari SMAN 1 Puri Mojokerto yang memang saudara dari PA Bhawana Jaya sekolah kami tercinta. Pukul 15.00 WIB semua berangkat dari Mojokerto menuju Trawas tepatnya di Tamiadjeng. Karena  jalur inilah yang selalu ramai digunakan oleh pengunjung. Sampai di trawas pukul 16.00 WIB dan start pendakian dimulai pukul 17.00 WIB. Semua tim berangkat. Sedangakan aku,
Aku berangkat malam hari karena menunggu teman dari Surabaya yang kebetulan dia salah seorang pegawai di Cartenz Surabaya,dia adalah Dwi atau panggil saja DMJ. DMJ sendiri adalah anak RMP tapi pendakian kali ini ia ingin beangkat seorang diri tapi dengan temannya Efendy yang juga teman kami. dengan terpaksa ia harus berangkat bareng  bersama kami bertiga. Aku,Ina,Ajeng dan DMJ berangkat pukul 17.30 WIB dari Mojokerto  dengan terpaksa kami berangkat terlebih dahulu dengan meninggalkan Efendy untuk mengejar waktu. Karena tenda yang kami siapkan untuk nge-camp dua duanya berada di Carrierku dan carrier Ajeng lengkap dengan Framenya. Jiklau tak cepat-cepat berangkat mereka yang ada di atas pasti kedinginan.
Kami berempat sampai di Trawas pukul 19.00 WIB. Sejenak beristirahat di pos perijinan akhirnya kami putuskan untuk berangkat pukul 20.00 WIB. Akbar yang saat itu mendampingi ke 9 orang anggota dari organisasi PA sekolahku mengirim SMS kepadaku ia bilang kalau ada seorang anggota yang mengalami sesak nafas. Dengan segera aku membelikan obat sesak nafas yang tak jauh dari pos perijinan itu.
Kami berempat berjalan berdampingan melalui jalan yang terjal dan mulai mendaki. Medan yang di suguhkan oleh gunung ini tak biasa. Lelah pun tak jarang menghampiri tapi kami harus cepat-cepat sampai di puncak menyusul yang lainnya. Posisi teman-teman saat itu berada di puncak bayangan. Puncak bayangan sendiri adalah sebuah dataran yang biasa digunakan untuk membangun tenda. Perjalanan dari bawah menuju puncak bayangan biasa memakan waktu sekitar 3 jam. Tapi kalu ngebut seperti kami berempaat saat itu hanya memakan waktu dua jam.
Beban berat carrier yang kubawa membuatku sesekali berhenti untuk minum. Tapi di Gunung ini kami semu harus benar-benar menghemat air karena di gunung ini tak ada sumber air sama sekali. Disepanjang perjalanan tak henti kami bercengkrama untuk menetralisir lelah kami. Sampai ditengah perjalanan meuju puncak bayangan, tak lama kemudian terdengar suara Efendy dan Faris yang menyusul. Personil kami bertambah, semakin ramai semakin semangat.
Akhirnya sampai di puncak pukul 22.00 WIB , kulihat semua sudah makan bersama dengan anggota dari RMP. Disinilah kami berpisah dengan DMJ. Ia memutuskan untuk langsung ke puncak sendirian. Aku datang dan sesegera kami semua membangun tenda sebelum dingin semakin mencekam. Dua tenda dome sudah berdiri beberapa dari kami yang sudah menunggu masuk dan tidur di dalam tenda. Tapi aku tak ingin melewatkan malam ini. saat itu cuaca sangat bersahabat. Tak ada kabut, tak ada Hujan. Bintang dilangit dan bitang di darat tampak jelas terlihat.
Malam itu kebersamaan begitu hangat kami semua membaur menjadi satu dengan semua orang yang juga sedang bermalam di puncak bayangan itu. Walaupun tak semuanya kukenal tapi malam itu aku bertemu dengan saudara saudaraku yang lain. Ditemani oleh suara alam yang bersahabat dan selimut dingin kabut yang mulai datang kami membuat perapian kecil untuk menghangatkan tubuh kami.
Tak ingin melewatkan malam ini, akhirnya kuputuskan untuk tidur diluar di dekat perapian. Sangat damai terasa tidur dengan selimutkan dingin kabut dan dibawah pelukan sang bintang yang begitu banyak bertaburan dilangit terasa begitu dekat. Membiarkan muka ini lembab dibasahi oleh sang kabut malam. Subhanallah, inilah Indah CiptaanMu tiada duanya. Inilah yang membuatku betah dan cinta tehadap alam bebas. Menikmati indah dan alami ciptaanNya, menjauh dari ramai perkotaan yang penuh sesak akan kabut-kabut jalanan hanya untuk mencari dan menikmati kedamaian yang tiada duanya seperti saat itu. Rasanya masih tetap tak ingin tidur, tapi mata yang mengatuk memaksa aku untuk memejamkan mata.
Minggu, 22 April 2012
IMG_1908.JPG
Gambar : Hangat suasana pagi di puncak bayangan.
Pagi hari sekali tapi masih sangat gelap hanya terang bintang yang menyinari. Tubuhku memaksaku untuk bangun karena tak betah melawan dingin kabut saat itu. Pukul 04.00 WIB, sudah banyak kulihat tenda-tenda bergeliat bangun untuk mempesiapkan menuju puncak untuk menikmati Sun Rise. Ingin seperti yang lainnya sesegera aku bangun dan memasak makanan untuk mengisi tenaga sekalgus mengahangatkan tubuh ini. pemandangan di depan puncak bayangan telah kokoh berdiri kami melihat Gunung Arjuno dan Welirang. Subhanallah.
Setelah kenyang makan sesegera kami menyapkan pendakian menuju puncak. Hanya 2 orang yang mau menemaniku ke puncak. Ajeng dan Ina. Kami bertiga berangkat terlebih dahulu dan kemudian Akbar dan Wardhana menyusul. Perjalanan menuju puncak memakan waktu satu jam. Tapi saat itu banyak yang menghambat langkah kakiku. Yakni ulat bulu yang berukuran sebesar ibu jari tangan. Aku memang sangat anti dengan yang namanya ulat. Apalagi ulat bulu. Disepanjang perjalanan tak jarang aku berteriak karena ulat-ulat itu. 5 kali ini ke puncak Penanggungan tapi Puncak yang kelima ini aku sangat manja. Perjalanan ke puncak pun sangat terjal, hanya berupa bebatuan terjal dan mendaki. Cukup menguji dengkul-dengkul kaki ini. Satu jam perjalanan akhirnya puncak yang kami tuju sampai juga. kami semua bersalaman dengan yang lainnya. Dan dipuncak kembali aku bertemu dengan DMJ. Menikmati semuanya dari puncak sangatlah indah. Inilah yang membuatku sadar akan segala kebesaranNya.
  IMG_1767.JPG
Gambar : Hangat kebersaman di puncak bersama pendaki lain.
Diatas puncak sudah banyak pendaki-pendaki dari lain daerah yang membangun tenda diatas puncak. Tak bisa membayangkan dinginnya malam dipuncak ini. Karena malam di puncak sangat dingin dengan pekat pelukan kabut. Tapi susana hangat kebersamaan mereka yang mengubah dingin itu menjadi hangat canda tawa sesama teman pendaki. Seperti saudara lama yang tak penah berjumpa kami berfoto dengan orang-orang yang ada dipuncak. Merasakan udara puncak bersama sahabat-sahabat alam terasa begitu pekat dan hangat suatu kebersamaan.
Setelah puas merasakan susasana dipuncak kami putuskan untuk kembali turun karena hari semakin siang. Tak lupa kami memunguti sampah yang ada di puncak. Ini yang perlu diingat bagi semua pendaki gunung. Jangan meninggalkan sampah di gunung. Perjalanan turun memerlukan dengkul kaki yang kuat untuk menahan berat beban ini. Memang, gunung ini si kecil cabe rawit. Disepanjang perjalanan turun kami harus berhati-hati bila sewaktu-waktu pijakan kaki pada batu yang tak pas bisa membuat batu yang kita pijaki geser dan menggelinding turun dengan cepat. Butuh ketelitian untuk melakukannya.
IMG_1862.JPG
Gambar : Medan yang terjal dan menurun menuju puncak bayangan.
30 menit perjalanan turun akhirnya sampai juga di puncak bayangan. Dan ternyata di puncak bayangan semua sudah menyiapkan sarapan pagi buat kami semua. Setelah semua anggota bekumpul saatnya sarapan pagi. Saapan pagi yang sangat istimewa. Dengan menu nasi goreng yang seadanya dan dimakan bersama. Semuanya duduk melingkar menikmati sarapan pagi itu. tak banyak yang bisa kami makan tapi kebersamaan yang membuat semua kenyang.
Setelah kenyang sarapan pagi, kami semua memunguti sampah yang ada. Inilah bentuk kepedulian kami terhadap alam. Dan juga karena ini adalah hari bumi jadi satu langkah kecil membatu kelestarian bumi kita. Kalau tidak kita y ang melakukannya siapa lagi. Semuanya packing barang untuk persiapan turun. setelah semuanya terpacking dengan rapi kami semua kembali turun tapi sebelum perjalanan turun tak lupa kami berpamitan dan berfoto dengan saudara-saudara kami yang masih betah berada di puncak bayangan ini. Kami memilih segera turun karena semakin siang kabut akan semakin tebal.
Perjalanan turun dari puncak bayangan menuju pos perijinan melalui jalur yang sama. Medan yang disuguhkan pun semakin terasa menguji dengkul-dengkul kaki. Perjalanan turun sangat terasa lelah karena disiang hari kami bisa melihat betapa parahnya jalur yang kami lewati semalam. Tak jarang salah seorang dari kami harus terpeleset dan terjatuh di medan yang terjal dan licin. Sungguh menguji kesabaran dan kesiapan dengkul kaki untuk menahan dan menopang berat tubuh ditambah berat carrier yang dibawa.
Setelah satu jam menuruni medan yang terjal akhirnya sampai juga di pos perijinan. Sembari  Menunggu teman-teman yang lain kami melepas lelah didepan pos ini sambil bercengkrama dengan pendaki lain. Saat itulah aku baru sadar kalau sandal gunung yang kupakai putus. Mungkin sudah tak kuat lagi menopang dan menahan kaki yang menurun terjal melewati jalanan bebatuan. Sandal kesayanganku telah berakhir disini. Si kecil cabe rawit memakan korban.
Setelah semuanya lengkap sampai sesegera kami berjalan kembali menuju Mak Ti untuk bersih diri dan persiapan pulang. Karena sepedah motor kami titipkan di Mak Ti, jadi sekalian makan rawon Mak Ti yang khas itu. Di Mak Ti pun kami kembali bertemu dengan pendaki pendaki lain yang turun lebih dahulu dari kami. Setelah enyang makan dan tubuh sudah bersih, saatnya kembali turun untuk pulang. Saat itu pukul 12.00 WIB gerimis mulai datang sebelum hujan deras kami putuskan untuk segera pulang.
Perjalanan dari Trawas menuju Mojokerto memakan waktu sekitar satu jam. Setelah merasakan dinginnya hawa pegunungan akhirnya kembali ke Kota tercinta dan sudah terasa hangat hawa perkotaan yang semakin panas akan debu dan asap jalanan. Kami sampai di kota tercinta pukul 14.00 WIB. Dan semua kembali pulang kerumah masing-masing. Sungguh perjalanan yang sangat bermakana mendalam bagiku.
IMG_1942.JPG
Gambar : Foto bersama keluarga besar Bhawana Jaya dan Resmanika Majapala


Read more...

About This Blog

Lorem Ipsum

About This Blog

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP